ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    ATTENTION


    PERHATIAN

    "Bagi Sobat Readers ingin mempublikasikan kembali tulisan ini di website atau blog Sobat Readers, mohon cantumkan link aktif artikel yang bersangkutan termasuk semua link yang ada di dalam artikel tersebut Atau Silahkan Hubungi Admin Melalui Chat Box/Shout Box/E-mail yang tertera di bawah .

    ADMIN
    steven_andrianus_xxx@yahoo.co.id

    Kategori »

    INDONESIA (4794) TNI (1147) ALUTSISTA (984) TNI AL (721) TNI AU (694) Pesawat Tempur (684) USA (597) Industri Pertahanan (564) PERBATASAN (447) KOREA (400) Kerja Sama (400) RUSIA (382) Teknologi (315) TNI AD (306) Kapal Perang (281) Pesawat Angkut (276) Anggaran (249) PERTAHANAN (235) CHINA (232) MALAYSIA (225) Tank (218) DI (210) Kapal Selam (201) Rudal (165) Helikopter (159) Pindad (145) KORUT (140) ASEAN (127) POLRI (126) Kapal Angkut (119) DMC (114) AUSTRALIA (107) PAL (106) Kapal Patroli (99) EROPA (98) Senjata (94) Pesawat Latih (93) TIMTENG (93) UAV (87) Nuklir (84) Pasukan Perdamaian (84) Teroris (83) ISRAEL (81) Radar (75) Kopassus (74) SINGAPORE (74) INDIA (72) IRAN (71) Ranpur (70) Africa (69) Roket (67) JAPAN (60) INGGRIS (59) LAPAN (59) PBB (59) jerman (57) Pesawat Patroli (56) LEBANON (55) Satelit (54) kapal latih (47) PRANCIS (45) BELANDA (41) THAILAND (36) BRAZIL (35) Philippines (35) TAIWAN (35) TIMOR TIMUR (31) VIETNAM (29) Inteligen (27) NATO (25) BRUNEI (24) Korvet (22) LIBYA (22) PAKISTAN (22) PALESTINA (21) Amerika Latin (16) KAPAL INDUK (16) English News (15) PAPUA NUGINI (15) BIN (14) ITALIA (14) VENEZUELA (14) KAMBOJA (13) ASIA (12) AFGANISTAN (11) POLANDIA (11) PT. LEN (9) Pesawat Bomber (9) Frigates (8) UKRAINE (7) Amerika Utara (6) Kapal Perusak (6) Berita Foto (5) Georgia (5) UEA (5) YAMAN (5) EGIPT (4) New Zealand (4) Pesawat Tanker (4) SRI LANKA (4) BANGLADESH (3) BULGARIA (3) YUNANI (3) HAITI (2) KAZAKHTAN (2) Polisi Militer (2) ROMANIA (2) \ (1)

    Total Pageviews

    Berita Terpopuler

    Powered by Blogger.

    Saturday, January 14, 2012 | 9:29 AM | 0 Comments

    Presiden akan Tinjau Fasilitas Air Combat Maneuvering Instrumentation TNI AU

    Madiun - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sabtu (14/1/2012) ini, rencananya mengunjungi fasilitas latihan terbaru milik TNI AU, yakni Air Combat Maneuvering Instrumentation, di Pangkalan TNI AU Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur.

    Air Combat Maneuvering Instrumentation (ACMI) adalah seperangkat peralatan elekronik yang terintegrasi dengan pesawat udara. Alat ini berfungsi untuk memonitor pergerakan pesawat secara real time dan merekamnya.

    Dengan alat itu, Presiden Yudhoyono rencananya akan bisa memantau secara real time empat pesawat tempur F-16 yang dipasangi ACMI. Simulasi gerakan pesawat tempur yang ditampilkan di layar merupakan hasil dari pengolahan data yang diperoleh lewat alat ACMI yang dipasang di sayap.

    Melalui ACMI, seorang penerbang tempur dapat dipantau secara presisi latihan terbang yang dilakukannya, baik secara real time maupun dalam bentuk rekaman untuk keperluan briefing.

    Sumber : KOMPAS
    Readmore --> Presiden akan Tinjau Fasilitas Air Combat Maneuvering Instrumentation TNI AU

    KSAD : Pengadaan Leopard 2A6 Disertai Dengan Tranfer Teknologi

    Jakarta - Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo memastikan rencana pembelian tank berat Leopard A26 buatan Jerman sudah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan senjata dalam negeri. "Itu teknisnya sudah saya tanyakan kepada ahlinya, yaitu pusat kesenjataan kavaleri," kata Pramono di Kantor Pusat Penerangan Angkatan Darat, Jumat 13 Januari 2012.

    KSAD juga memastikan pembelian tank berat Leopard A26 dari Belanda itu akan diikuti dengan transfer teknologi. "Membeli alat harus siap dengan alih teknologi untuk pasukan yang memakainya," ujarnya.

    Menurut Pramono, pembelian 100 tank Leopard itu sudah sesuai dengan rencana modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang akan rampung pada 2014. Pemilihan tank berat ini juga untuk mengimbangi negara tetangga yang telah lebih dulu memiliki tank sejenis. Modernisasi ini, dia melanjutkan, tidak untuk meningkatkan persaingan antarnegara yang ada di kawasan. "Hanya mungkin ada yang terkejut, kok, sekarang. Jawabnya, ya, karena kita (baru) punya uang sekarang," ujar Pramono datar.

    Agar harga tank bisa lebih murah, pemerintah membelinya melalui kerja sama antarpemerintah, dengan pemerintah Belanda. Anggaran US$ 280 juta yang sudah disiapkan pun cukup untuk membeli seratus tank berdaya tembak 6 kilometer itu. "Prinsipnya, alutsista itu harus memberi kebanggaan dan mendukung kesiapan AD untuk menjalankan tugas pokoknya," Pramono menegaskan.

    Lebih jauh disebutkan, selama ini AD belum pernah membeli alutsista dalam jumlah besar. Sebagai contoh, Indonesia saat ini baru memiliki tank ringan AMX13 yang umurnya 50 tahun lebih. Dengan penambahan dana Rp 14 triliun hingga 2014, AD akan terus membeli alutsista baru, bukan hanya tank berat, tapi juga meriam, helikopter, rudal antiserangan udara, dan amunisi.

    Mengenai rencana pembelian tank Leopard ini, Wakil Ketua Komisi Pertahanan T.B. Hasanuddin mengatakan Dewan Perwakilan Rakyat akan menolak pembelian karena tank jenis ini dinilai tak cocok dengan kondisi geografis Indonesia. Menurut dia, tank berbobot 60 ton ini akan mubazir karena tidak sesuai dengan kebutuhan TNI AD. "Yang kita butuhkan sesuai dengan renstra itu tank jenis menengah, bukan tank berat seperti ini," ujarnya. Sejumlah anggota Komisi Pertahanan lainnya juga mengkritik rencana penempatan tank yang akan dipusatkan di Jawa.

    Menanggapi hal ini, Pramono menjelaskan, pembelian tank berat merupakan upaya AD menciptakan kesetaraan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Myanmar, yang telah lebih dulu memilikinya. Pembelian tank berat oleh AD akan sangat berguna dalam latihan gabungan antarnegara ASEAN. "Selama ini latihan gabungan tidak berjalan sepadan. Mereka punya tank berat, sedangkan kita medium saja belum punya," ujarnya.

    Mengenai penempatan tank yang dipusatkan di Jawa, menurut Pramono, semata-mata agar lebih mudah diangkut ke mana saja di wilayah Indonesia. Pasalnya, untuk memindahkan tank tempur itu, diperlukan alat angkut militer yang sampai saat ini baru ada di Jakarta dan Surabaya. KSAD juga meminta masyarakat tidak khawatir akan penyalahgunaan tank oleh AD. Bagaimanapun, tank tempur tidak akan digunakan di daerah padat penduduk. "Prinsipnya, tank hanya akan melawan tank," ujarnya.

    Sumber : TEMPO
    Readmore --> KSAD : Pengadaan Leopard 2A6 Disertai Dengan Tranfer Teknologi

    KSAL : TNI AL Kembangkan Alutsista Buatan Mahasiswa STTAL

    Surabaya - TNI Angkatan Laut bakal mengembangkan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) buatan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL). Untuk kedepannya, pihak TNI AL akan fokus pada pengembangannya.

    Dilaporkan Rangga reporter Suara Surabaya, ada 8 buah alat persenjataan serta penunjang operasi militer TNI AL di Kobangdikal Perak yang dipamerkan saat wisuda mahasiswa STTAL, Jumat (13/1/2012).

    Mahasiswa menggunakan piranti sederhana untuk membuat seluruh alat tersebut. Laksamana Suparno Kepala Staf TNI AL yang meninjau, mengaku tertarik pada Pandawa, kapal sustainer tanpa awak buatan empat mahasiswa, yang digerakkan secara otomatis dan jarak untuk menggerakkannya bisa mencapai 30 km.

    TNI mengaku belum memiliki kapal tanpa awak seperti yang dibuat oleh mahasiswa. Selain kapal Pandawa, mahasiswa STTAL juga membuat penyapu ranjau yang digerakkan secara otomatis, serta pengendali panel pembuka kendaraan amfibi dengan menggunakan hidrolik.

    Karya mahasiswa lainnya adalah robot pendeteksi ranjau darat anti tank. TNI AL belum memiliki teknologi, tetapi mahasiswa telah membuat rancang bangunnya.

    Laksamana Suparno menambahkan, untuk ke depan pihaknya akan fokus pada pengembangan teknologi alat tempur yang dihasilkan mahasiswa STTAL. Ia yakin para TNI AL mampu mengembangkan teknologi persenjataannya sendiri. Selain lebih luang, pengembangan ini berguna bagi profesionalisme TNI AL. Lebih lanjut, karya mahasiswa dapat mengurangi ketergantungan teknologi pertahanan dari negara asing.

    Sumber : Surabaya
    Readmore --> KSAL : TNI AL Kembangkan Alutsista Buatan Mahasiswa STTAL

    UAV Di Lanud Supadio Akan Dilengkapi Persenjataan

    Sungai Raya – Pesawat tempur Hawk di Skadron Elang Khatulistiwa siap tempur dan menghalau penyusup, sebagaimana pencegatan pesawat Falcon 900 yang ditumpangi Wakil PM Papua Niugini, Belden Namah, November tahun lalu, oleh Shukoi TNI AU.

    “Pesawat tempur ini harus standby selama 24 jam. Jika dibutuhkan, dengan cepat pesawat Hawk 100-200 ini akan bergerak,” ungkap Kolonel (Pnb) Kustono SSos, Danlanud Supadio kepada Yuniardi dari Equator di ruang kerjanya, Kamis (12/1).

    Skadron Elang Khatulistiwa yang berpangkalan di Lanud Supadio memang disiapkan untuk menjaga kedaulatan NKRI. Dengan pesawat Hawk 100-200, setiap harinya menyiapkan flight pesawat tempur.

    Sehingga jika sewaktu-waktu ada pesawat asing tanpa izin melintas masuk ke wilayah udara Indonesia, jajaran Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas), dalam hal ini Pos Sektor (Posek) 1, bisa langsung meng-airborne-kan pesawat hawk dari Pontianak untuk mengidentifikasi pesawat asing yang melintas.

    “Pesawat hawk ini akan segera diberangkatkan untuk mengidentifikasi. Sedangkan untuk penindakannya, tentu saja semua tergantung perintah dari panglima,” tegas Kustono.

    Kesiapan 24 jam, menurutnya, untuk mengidentifikasi dan menyampaikan laporan saja. Apakah itu diusir, dipaksa mendarat, atau yang lainnya, mengingat ada klasifikasi yang harus dilaksanakan.

    Tentu saja pihak Lanud Supadio akan berkoordinasi dengan Posek 1 yang ada di Jakarta. Koordinasi dibantu monitoring menggunakan radar sipil yang ada di Angkasa Pura khususnya di wilayah udara Kalimantan Barat dan sekitarnya. Pasalnya TNI AU yang ada di Kalimantan belum memiliki radar.

    “Radar sipil yang ada di Angkasa Pura ini sudah terintegentrasi (koneksi) dengan Kohanudnas di Jakarta,” katanya.

    Makanya, kendala Lanud Supadio saat ini adalah belum memiliki radar untuk memonitoring wilayah pertahanan udara khususnya di Kalimantan Barat. Untunglah radar sipil milik Angkasa Pura bisa digunakan.

    Selain itu, Skadron 1 juga selalu melaksanakan latihan rutin, di antaranya latihan terbang malam. Tujuannya untuk meningkatkan profesional para penerbang dalam mengantisipasi kemungkinan akan terjadi gangguan, ancaman serta pelanggaran wilayah kedaulatan hukum nasional oleh pihak lain.

    Sebab, lanjut Danlanud, untuk meningkatkan dan mempertahankan kemampuan serta tetap terpeliharanya keahlian terbang, para penerbang tentunya membutuhkan latihan yang berkesinambungan. Terbang dengan kondisi cuaca maupun situasi siang ataupun malam. Dengan begitu para penerbang dapat mengatasi berbagai tantangan tugas yang dihadapi.

    “Bagi para penerbang tempur, terbang malam bukan merupakan hal yang luar biasa. Namun perlu untuk pembiasaan terutama pada saat lepas landas dan mendarat yang sangat mengandalkan instrumen yang ada. Di samping visual dengan alat bantu lampu penerangan di dua sisi landasan. Untuk itu para penerbang dituntut lebih teliti dan hati-hati dalam menerbangkan pesawat serta melakukan manuver-manuver tertentu,” paparnya.

    Tak hanya itu. Menjaga wilayah perbatasan di Kalimantan Barat, Lanud Supadio Pontianak akan diperkuat dengan pesawat tanpa awak. “Pesawat tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio diarahkan untuk memperkuat kemampuan pemantauan termasuk daerah perbatasan di Kalimantan Barat. Bahkan juga dioperasikan untuk pengawasan di pulau Kalimantan,” katanya sembari mengatakan kalau pesawat tersebut juga dapat dipersenjatai serta dilengkapi dengan peralatan pendeteksi untuk kondisi malam dan siang hari.

    Sumber : QN
    Readmore --> UAV Di Lanud Supadio Akan Dilengkapi Persenjataan

    Friday, January 13, 2012 | 4:54 PM | 1 Comments

    KSAD : Tank Leopard, Agar TNI Setara dengan Negara Tetangga

    Jakarta - 100-an Tank Leopard yang dibeli dari Belanda akan menambah amunisi TNI. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI, Pramono Edhie, menegaskan, modernisasi alutsista itu untuk penyetaraan kekuatan dengan negara tetangga.

    Menurutnya, pembelian tank Leopard dan beberapa alutsista lainnya, untuk menyeimbangkan kekuatan sesama negara terutama untuk latihan bersama. adapun anggaran Alutsista periode 2011-2014 ialah Rp 14 triliun.

    "Modernisasi diperlukan untuk pengamanan wilayah Asean, dan latihan bersama. Karena jika kita latihan dengan negara lain Alutsista kita tidak imbang, mereka pakai alat-alat baru, dan kita masih lama," ungkap Pramono usai acara HUT Dispen TNI AD, di Kartika Media Centre, Jl Abdulrahman Saleh, Jakarta, Jumat (13/1/2012).

    Selain Leopard, TNI akan belanja helikopter serang, pertahanan anti udara dan lain-lain.

    "Tank yang dipakai oleh Angkatan Darat saat ini usianya sudah lebih dari 40 tahun. Dan hampir 20 tahun, kita tidak pernah modernisasi besar-besaran," imbuh Pramono.

    Pembelian tank Leopard dan alutsista lainnya, lanjut Pramono, dilakukan lewat penelitian terkait fungsi dan kegunaannya sesuai letak geografis Indonesia. Ia juga memastikan, pemeliharaan alutsista yang akan dibeli itu sudah diperhitungkan.

    "Mengenai kegunaan dan fungsinya, sudah dikaji oleh Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pusenkav) AD. Begitu pun dengan pemeliharaannya," terang Pramono.

    Sumber : DETIK
    Readmore --> KSAD : Tank Leopard, Agar TNI Setara dengan Negara Tetangga

    Dirut Pindad : Indonesia Butuh Leopard Saingi Tank T72 Malaysia

    Jakarta - Meski mampu membuat tank medium, PT Pindad menilai Indonesia tetap memerlukan tank besar seperti Leopard buatan Jerman.

    Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Soedarsono mengatakan, Leopard dibutuhkan untuk memperkuat postur pertahan Indonesia dalam menandingi Malaysia.

    "Malaysia punya tank kelas berat jenis T72 buatan Rusia, tank Leopard juga tank kelas berat seperti T72," ujar Adik seperti diberitakan inilahkoran, Jumat (13/1/2012).

    Jika Kementerian Pertahanan (Kemenhan) jadi membeli Leopard, maka lanjut Adik, Pindad siap memproduksi amunisi peluru untuk Leopard.

    Pindad telah menjalin kerjasama dengan Rheinmetall perusahaan otomotif dan industri pertahanan dari Jerman yang memproduksi Leopard. "Mereka berjanji akan sharing teknologinya sama kita salah satunay terkait rudal dan alutsista lainnya," jelas Adik.

    Sumber : INILAH
    Readmore --> Dirut Pindad : Indonesia Butuh Leopard Saingi Tank T72 Malaysia

    Dirut PT Pindad : Jangan Bandingkan Tank Medium Buatan Pindad Dengan Leopard

    Jakarta - Tank medium buatan PT Pindad memiliki spesifikasi yang jauh berbeda dengan tank Leopard buatan Jerman.

    Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Soedarsono mengatakan, tak medium Pindad memiliki tenaga lebih kecil daripada Leopard. Tank Pindad berkekuatan 500 tenaga kuda, sedangkan Leopard berkekuatan 1.500 tenaga kuda.

    "Leopard itu termasuk tank top dunia, ibaratnya Lamborgini sedangkan tank Pindad adalah Toyota," ujar Adik seperti diberitakan inilahkoran, Jumat (13/1/2012).

    Ukuran tank medium buatan Pindad yang lebih kecil dibanding Leopard membuatnya lebih lincah dan taktis dalam melakukan manuver dan pergerakan.

    "Tank medium Pindad lebih murah harganya tapi jangan dibandingkan dengan Leopard karena beda kelas," ujar Adik.

    Sebelumnya diberitakan, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) berencana membeli 100 unit tank Leopard bekas dari Belanda seharga Rp14 triliun.

    Rencana ini ditentang Komisi I DPR yang mengusulkan agar Kemenhan membeli tank medium buatan Pindad yang pembuatannya diinstruksikan langsung SBY.

    Tank tipe medium buatan PT Pindad tersebut dinilai sangat sesuai dengan kebutuhan penguatan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) yang dibutuhkan TNI.

    "Prototipe tank sudah jadi dan sudah jalan. Sudah dikunjungi oleh Komisi I. Hasilnya cocok, kenapa tidak dikembangkan. Produk anak bangsa murah dan cocok. Tinggal sekarang bilang Oke, buat yang banyak," papar Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, di gedung DPR, Jakarta, Kamis (12/1/2012).

    Sumber : INILAH
    Readmore --> Dirut PT Pindad : Jangan Bandingkan Tank Medium Buatan Pindad Dengan Leopard

    KSAD : Alasan TNI AD Ingin Beli Tank Leopard

    Jakarta - Pembelian Tank Leopard dari Belanda, menurut Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jendral TNI Pramono Edhie Prabowo, sudah didahului dengan riset dan kajian mendalam di Pusat Persenjataan Kavaleri (Pusenkav) TNI AD .

    "Hasil kajian itu yang terpilih salah satunya Tank Leopard," ujar Pramono usai menghadiri acara HUT ke 61 Dinas Penerangan (Dispen) AD di Jalan Abdul Rachman Saleh, Jumat (13/1/2012).

    Menurutnya selain pembelian tank tersebut, TNI AD juga akan membeli helikopter serang dan pertahanan anti udara. "Rata-rata semua persenjataan itu sudah tua," paparnya.

    Dia menjelaskan, alasan pembelian tank tersebut karena selama ini Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI AD rata-rata berumur 20 tahun. "Oleh karena itu kita memerlukan modernisasi, dengan dana alokasi sebesar Rp14 Triliun," jelasnya.

    Lebih jauh, ipar Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ini mengatakan pengadaan alusista direncanakan sampai tahun 2014. "Kenapa sampai 2014, ya karena memang alokasi dananya sampai di situ, kita berharap selesai sebelumnya," tambahnya.

    Sebelumnya, kementerian Pertahanan dikabarkan akan membeli 100 unit Tank Leopard dari Belanda. Namun, Komisi Pertahanan DPR menilai tank buatan Jerman tersebut tidak cocok untuk dipakai di Indonesia.

    Alasan penolakan pembelian tank tersebut, menurut Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanuddin karena Indonesia memiliki konsep pertahanan defensif. "Kita ini sifatnya bertahan, karenanya kita melakukan pertahanan di pulau-pulau. Sementara Tank Leopard dibuat untuk fungsi melakukan penyerangan," pungkasnya.

    Sumber : OKEZONE
    Readmore --> KSAD : Alasan TNI AD Ingin Beli Tank Leopard

    Thursday, January 12, 2012 | 1:06 PM | 1 Comments

    2011-2014, PT DI Targetkan Kontrak Rp9 T dengan Kemhan

    Bandung - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menargetkan mendapatkan kontrak sebesar Rp9 triliun dengan Kementerian Pertahanan dan Keamanan (Kemhan).

    "Target kita untuk kontrak dengan Kemhan senilai Rp9 triliun dalam kurun waktu 2011 hingga 2014," ungkap Director of Aerostructure PT DI Andi Alisjahbana, kala ditemui di kantornya, Bandung, Kamis (12/1/2012).

    Andi menuturkan, hingga saat ini kontrak yang baru terealisasi hampir 50 persen. Adapun kontrak tersebut adalah pembuatan helikopter untuk TNI Angkatan Darat (AD) dan Angkatan Laut (AL). Rencananya, PT DI akan membuat enam helikopter dan pengirimannya akan dilakukan secara bertahap dimulai dari 2011.

    Di sisi lain, PT DI juga melakukan ekspor ke negara Korea, sebanyak empat pesawat jenis CN-235, di mana saat ini sudah terkirim tiga pesawat dan menyisakan satu pesawat yang dikirim tahun ini.

    Selain itu, perusahaan pembuatan pesawat terbang pelat merah tersebut, pada 2013 akan melakukan ekspor pesawat jenis 212-400 ke negara Thailand. Delapan pesawat, dijadawlakan akan mulai dikirim pada 2013.

    Sumber : OKEZONE
    Readmore --> 2011-2014, PT DI Targetkan Kontrak Rp9 T dengan Kemhan

    Dirut PT DI : Dirgantara Indonesia Akan Produksi 15 Pesawat N-219 untuk Papua

    Bandung - PT Dirgantara Indonesia akan memproduksi sebanyak 15 unit pesawat jenis N-219 yang akan digunakan untuk penerbangan perintis di Provinsi Papua.

    "Pengembangan N-219 sudah mulai dilakukan yang prototipenya ditargetkan rampung pada 2014," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana di Bandung, Kamis (12/1).

    Menurut Andi, biaya produksi satu unit pesawat berkapasitas 19 penumpang ini mencapai sekitar 4 juta dolar AS.

    "Untuk itu dibutuhkan dana sekitar 60 juta dolar AS atau sekitar Rp540 miliar untuk menyelesaikan seluruh proyek tersebut," katanya.

    Ia menjelaskan pihaknya sudah menyampaikan proposal kepada pemerintah untuk mendapat pembiayaan dari APBN. "Pengembangan pesawat N-219 tersebut mendapat dukungan penuh pemerintah seperti Kementerian Ristek, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan," katanya.

    Menurutnya pesawat jenis N-219 merupakan tipe pesawat yang sangat cocok dan handal untuk wilayah perintis seperti Papua dan sekitarnya.

    Pasalnya, dari 310 bandara di seluruh wilayah Papua sebanyak 90 persen di antaranya memiliki landasan pacu kurang dari 800 meter.

    "Landasan pacu di wilayah Papua umumnya berukuran pendek, bahkan ada yang hanya 400 meter. Tentu dibutuhkan pesawat yang cocok untuk digunakan di wilayah itu," tegasnya.

    Selain pembiayaan dari pemerintah, juga akan diupayakan diperoleh dari perusahaan yang akan mengoperasikan pesawat komersial tersebut.

    Sumber : JURNAS
    Readmore --> Dirut PT DI : Dirgantara Indonesia Akan Produksi 15 Pesawat N-219 untuk Papua

    Empat F-16 TNI AU Kawal Presiden Ke Jatim

    Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis (12/1/2012), sekitar pukul 10.30 WIB, tiba di Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, setelah menjalani penerbangan sekitar 40 menit dari Malang.

    Seusai makan siang di Madiun, Presiden dan rombongan rencananya melanjutkan perjalanan lewat darat menuju Pacitan.

    Dalam perjalanan udara menuju Madiun, pesawat Garuda yang ditumpangi rombongan Presiden didampingi empat pesawat F-16 yang berpangkalan di Lanud Iswahjudi.

    Keempat pesawat ini mendampingi pesawat Presiden, sejak di tengah perjalanan hingga sampai di Madiun.

    "Selamat pagi dan salam sejahtera dari ketinggian 22.000 kaki. Kami mengucapkan selamat datang kepada Bapak Presiden dan Ibu, beserta rombongan. Merupakan satu kehormatan bagi kami, pesawat tempur TNI Angkatan Udara, untuk melaksanakan tugas escort pesawat Indonesia One," kata salah seorang pilot pesawat F-16, lewat radio yang diperdengarkan di kabin pesawat Presiden.

    "Beberapa saat lagi kita akan memasuki restricted area Iswahyudi, tempat penjaga angkasa bersarang dan menempa diri untuk menghadapi segala ancaman udara. Kami TNI Angkatan Udara selalu siap sedia menjaga setiap jengkal wilayah kedaulatan Republik Indonesia dari udara. Akhirnya, kepada Bapak Presiden dan Ibu, beserta rombongan, kami ucapkan selamat datang di Lanud Iswahyudi. Have a nice flight and happy landing. All falcon, kepada Presiden Republik Indonesia, hormat gerak! Tegak gerak!" ujar pilot itu.

    Sumber : KOMPAS
    Readmore --> Empat F-16 TNI AU Kawal Presiden Ke Jatim

    Pengamat : Ketika Malaysia Mencoba Mengganggu di Udara

    Jakarta - Untuk kesekian kalinya, TNI AU berhasil memergoki dan mencegat pesawat-pesawat asing di wilayah udara Indonesia yang tak mempunyai izin melintas. Dalam peristiwa terakhir disebutkan dua pesawat Sukhoi TNI AU membayang-bayangi pesawat jet P2-ANW Dassault Falcon 900EX di langit Banjarmasin, Kalimantan Selatan, selama 37 menit, waktu yang cukup lama, pada 29 November 2011.

    Pesawat yang ternyata ditumpangi oleh Deputi Perdana Menteri Papua Nugini H. O. N. Belden Namah, yang sedang melakukan penerbangan dari Subang, Selangor, Malaysia, ke Papua Nugini, dicegat oleh 'sayap tanah air' Indonesia karena tidak memberi respons positif ketika diajak berkomunikasi oleh Kontrol Udara Makassar. Untung kejadian tersebut berakhir dengan tidak dipaksakan pesawat Falcon itu untuk mendarat setelah baru diketahui izin melintasnya.

    Merasa terintimidasi dengan kejadian itu, maka hubungan kedua negara, Indonesia-Papua Nugini, sempat memanas. Kejadian itu membuat Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neil mengancam mengusir Duta Besar Indonesia untuk Papua Nugini.

    Terlepas masalah hubungan diplomatik kedua negara, kita harus mengapresiasi kerja TNI AU. Meski dengan keterbatasan yang ada dan kepemilikan pesawat yang masih minim, TNI AU selama ini berhasil menjaga wilayah udara kita dengan gagah perkasa. Pembelian pesawat Sukhoi dan F-16, yang mahal, telah menunjukan kesebandingan dengan fungsi yang telah dilakukan yakni menjaga dan mempertahankan wilayah nasional.

    Kesuksesan mencegat pesawat Falcon itu mirip dengan ketika Sukhoi TNI AU, Maret 2011, menghentikan penerbangan Pakistan Internasional Airlines (PIA), jenis Boeing 737 seri 300, yang melintas wilayah udara Indonesia tanpa izin. Gerakan pesawat yang terdeteksi oleh radar Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II di Bandara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, membuat dua Sukhoi TNI AU yang ada di Skuadron Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin langsung terbang dan memberikan peringatan pesawat asing itu mendarat darurat. Pencegatan terhadap pesawat yang ditumpangi oleh pasukan PBB yang hendak melintas dari Dili, Timor Leste, ke Malaysia itu berhasil memaksa mereka untuk mendarat di Lanud Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

    Sebelumnya, Desember 2010, pesawat Malaysia jenis BAE 146-200 yang membawa 81 penumpang yang sebagian besar penumpang pesawat adalah keluarga Kerajaan Melaka, Menteri Pertanian Malaysia, putra PM Malaysia Najib Razak, berhasil ditahan oleh TNI selama 5 jam di Bandara Udara Djuanda, Surabaya, Jawa Timur, karena tidak mengantongi izin resmi melintas di Indonesia. Pesawat itu hendak melakukan penerbangan Dili, Timor Leste ke Kuala Lumpur, Malaysia.

    Dari sekian kali pencegatan yang dilakukan oleh TNI AU terhadap pesawat tanpa izin yang melintas di wilayah udara Indonesia, peristiwa Insiden Bawean-lah yang paling menegangkan. Insiden Bawean adalah ketika 3 pesawat F-16 TNI AU berhasil mendeteksi penerbangan ilegal 5 pesawat F-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) yang sedang terbang dan bermanuver di perairan Bawean, Jawa Timur, Juli 2003.

    Dari pantauan radar, kelima F-18 Hornet itu terbang lebih dari satu jam dan mengadakan latihan tempur. Apa yang dilakukan itu tentu saja selain bisa dikatakan mengganggu kedaulatan wilayah udara Indonesia, juga menyebabkan terganggunya penerbangan komersial yang menuju ke Surabaya dan Bali. Bagi pihak Indonesia, pesawat-pesawat US Navy itu tak meminta izin dengan ATC terdekat. Sedang pihak US Navy melakukan demikian karena mereka merasa berada di perairan internasional sehingga tak perlu meminta ijin kepada Indonesia.

    Kejadian itu sangat menegangkan sebab yang dihadapi oleh pesawat tempur TNI AU adalah juga pesawat tempur, bukan pesawat sipil. Sehingga tak heran bila saat di udara posisi yang terjadi adalah masing-masing pihak siap dogfight.

    Merasa TNI AU inferior dengan pilot-pilot tempur pesawat US Navy, jumlah pesawat F-18 Hornet lebih canggih serta lebih banyak, serta adanya dukungan pesawat tempur lain dari kapal induk US Navy yang berada di perairan, maka pilot-pilot F-16 mulai memperkenalkan diri. Dengan memperkenalkan diri kepada pilot-pilot F-18 Hornet itulah akhirnya ketegangan menjadi reda. Dan akhirnya pesawat-pesawat pesawat tempur kedua negara balik ke posisi masing-masing.

    Dari kejadian-kejadian di atas bisa disimpulkan bahwa, pertama, sepertinya ada unsur-unsur kesengajaan dari pihak Malaysia untuk mengganggu wilayah udara kita, terbukti dari pesawat-pesawat yang melintas tanpa izin semua melalui rute dari dan ke Malaysia. Pihak-pihak di Malaysia mengabaikan izin melintas bisa jadi karena mereka menganggap bahwa penjagaan wilayah udara Indonesia, seperti wilayah perbatasan darat atau wilayah laut, adalah lemah sehingga mereka tak merasa khawatir bila melintas tanpa permisi.

    Kedua, dengan berhasilnya TNI AU menjaga wilayah udara, sudah sepatutnya alutsista kepada TNI AU lebih ditingkatkan. Rencana pembelian pesawat F-16 dan Sukhoi agar lebih dipercepat. Disebut, jumlah pesawat F-16 yang dimiliki Indonesia saat ini 10 unit yang merupakan F-16 A/B Blok 15 yang dibeli pada tahun 1986. Dengan membeli cara hibah sebanyak 24 pesawat maka kekuatan pesawat F-16 TNI AU menjadi 34 pesawat. Bila membeli baru, 6 pesawat, maka kekuatan pesawat F-16 TNI AU menjadi 16. Baik DPR maupun pemerintah mempunyai dasar masing-masing soal pembelian pesawat itu, secara hibah atau baru.

    Demikian pula rencana pembelian 8 pesawat Sukhoi baru akan bisa membangun satu skuadron tempur Sukhoi. Diberitakan, Indonesia kini telah memiliki empat pesawat tempur Sukhoi masing-masing jenis SU-27SK (dua unit) dan SU-30MK (dua unit). Pastinya pembelian pesawat-pesawat itu didukung dengan alutsista penunjang, seperti radar, rudal, dan lain sebagainya.

    Ketiga, modernitas alutsista sangat berpengaruh terhadap kesiapsiagaan TNI dalam mempertahankan wilayah udara Indonesia. Peristiwa Insinden Bawean yang menyebabkan kita lebih menerima kehadiran secara ilegal pesawat US Navy karena mereka memiliki alutsista yang lebih canggih dan modern.

    Untuk menutupi kekurangan tersebut, bisa dilakukan dengan memperbanyak latihan. Berhasilnya TNI AU mencegat pesawat-pesawat ilegal melintasi di udara karena para pilot TNI AU telah sering melakukan latihan. Bila pencegatan terhadap pesawat ilegal kita sudah mahir maka yang perlu ditingkatkan adalah pelatihan tempur, siapa tahu Insinden Bawean terulang.

    Sumber : DETIK
    Readmore --> Pengamat : Ketika Malaysia Mencoba Mengganggu di Udara

    Sisa Anggaran Pertahanan 2011 Tinggal 1,8 Triliun

    Jakarta - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, saat Rapat Evaluasi Akhir Tahun 2011, menyatakan, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) masih mempunyai sisa Rp 1.897 T (5,27 persen) dari alokasi pinjaman dalam APBN Kemhan 2011 yang belum terpakai (multiyears).

    Menurutnya, Kemenhan hanya menghabiskan anggaran sebesar Rp 34,076 triliun atau 94 persen dari anggaran belanja barang dan modal dari pagu revisi sebesar Rp 35.973 triliun. Sedangkan untuk total pagu anggaran pendapatan belanja nasional (APBN), Kemhan sendiri sebesar Rp 58,192 triliun.

    “Walaupun sudah ada kontrak tetapi belum efektif, yakni belum ada realisasi pembayaran dari sumber dana pinjaman dalam atau luar negeri," jelasnya, di Kantor Kemhan, Jakarta, Rabu (11/1).

    Namun, menurut Purnomo, bila untuk belanja pegawai dimasukkan dalam perhitungan penyerapan, maka tahun 2011, penyerapan anggaran Kemhan sebesar 96,7 persen.

    Menurutnya, pada pelaksanaan rencana kerja tahun 2011, kebijakan Kemhan diarahkan pada terselenggaranya Sistem Pertahanan Negara yang terintegrasi, handal, dan mengacu pada kesejahteraan. Adapun pelaksanaan rencana kerja tahun lalu, menitikberatkan pada beberapa poin.

    Pertama, kesejahteraan yang telah diberikan kepada prajurit TNI dan PNS, berupa tunjangan khusus perbatasan, remunerasi kinerja, kenaikan berkala, gaji ke-13, santunan dan tunjangan cacat serta rencana kenaikan ULP.

    "Kedua kita melakukan penataan organisasi internal antara bela negara, Universitas Pertahanan, peresmian Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP), Sistem Informasi Pertahanan Negara (Sisfohanneg), Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan Pengawasan (HLC dan TKP3B)," jelasnya.

    Ketiga, Industri Pertahanan dengan dibentuknya Komite Kebijakan Indsutri Pertahanan (KKIP) dalam merevitalisasi industri dalam negeri dan mengupayakan penyehatan Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP), sehingga pemerintah memberikan penyertaan modal.

    Keempat, Legislasi menghasilkan produk-produk RUU Revitalisasi Industri Pertahanan, RUU Kamnas, RUU Komcad, RUU Rahasia Negara dan menyelesaikan 31 Peraturan Menteri Pertahanan.

    Sumber : Gatra
    Readmore --> Sisa Anggaran Pertahanan 2011 Tinggal 1,8 Triliun

    Wednesday, January 11, 2012 | 3:16 PM | 0 Comments

    Pengamat : PT Pindad Mampu Produksi Peluru Tank Leopard

    Jakarta - Meskipun Tank Leopard berukuran besar namun perawatannya tidak rumit. PT Pindad diyakini mampu menyediakan suku cadang dan peluru tank tersebut.

    Pemerhati industri militer Ade Nasution mengatakan, perawatan tank tak serumit perawatan pesawat terbang. Sebab prinsip teknologi tank tergolong sederhana.

    "Merawat tank tidak rumit seperti pesawat terbang, kunci tank di gear box, rantai dan mesin. Kalau peluru kan Pindad bisa bikin juga," terangnya, Rabu (11/1/2012).

    Mantan praktisi bisnis militer ini juga mengatakan, Tank Leopard diperlukan untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tengah kondisi minimnya anggaran TNI. "Pemerintah bisa cicil atau utang, karena tidak ada dana. Ini sebuah keuntungan untuk kekuatan tempur TNI," terangnya.

    Seperti diberitakan, Kementerian Pertahanan merencanakan pembelian 100 Tank Leopard sebagai bagian modernisasi alutsista TNI peridoe 2011-2015 untuk mencapai kekuatan pokok minimum (essential minimum forces) dengan total anggaran Rp150 triliun.

    Sumber : INILAH
    Readmore --> Pengamat : PT Pindad Mampu Produksi Peluru Tank Leopard

    Kemhan: Pengadaan MBT "Leopard 2A6" Harus Sesuai Prosedur

    Jakarta - Kementerian Pertahanan menyatakan proses pengadaan 100 unit Main Battle Tank (MBT) Leopard dari Belanda, harus sesuai prosedur dan aturan yang berlaku.

    "Kami sudah memiliki aturan, prosedur yang baku, sehingga semua pengadaan alat utama sistem senjata termasuk `Leoprad`, harus mengikuti," kata Sekjen Kementerian Pertahanan Eris Herryanto kepada ANTARA News, di Jakarta, Rabu.

    Ia menjelaskan seluruh pengadaan alat utama sistem senjata harus merujuk pada kebutuhan pokok minimum (Minimum Essential Forces/MEF). Semisal untuk rencana strategis 2010-2014 telah ditetapkan alat utama sistem senjata apa saja, berapa banyak, dan dari mana pendanaannya diambil apakah pinjaman dalam negeri atau luar negeri.

    "Proses tersebut melibatkan seluruh kementerian terkait, seperti Kemenkeu dan Bappenas, hingga akhirnya ditetapkan alokasi pinjaman pemerintah, dalam hal ini Renstra 2010-2014, dan baru proses pengadaan pun berjalan. Proses pengadaan awalnya dilakukan di masing-masing angkatan darat, laut dan udara dengan dibentuknya panitia awal pengadaan, proses pra-kualifikasi, pembukaan tender, dan jika lulus diajukan ke Mabes TNI dan Kemhan," ujarnya.

    Eris menambahkan Kemhan akan menilai apakah seluruh proses pengadaan mulai dari awal di masing-masing angkatan hingga ke Mabes TNI sudah benar, dan apakah spesifikasi teknis dan operasional yang diajukan sesuai kebutuhan dan merujuk kepada MEF.

    "Jika semua itu sudah dilalui, maka kita akan bentuk tim evaluasi pengadaan dengan mengundang pula perusahaan, produsen yang sudah diajukan angkatan dari hasil tim evaluasi pengadaan itu, baru kita ajukan ke Menhan untuk diputuskan, dan kemudian dituangkan dalam kontrak," ungkapnya.

    Tentang adanya pihak-pihak yang menginginkan proyek pengadaan "Leopard" itu dengan mendekati komisi pertahanan dan lainnya, Eris mengatakan,"Ya silakan saja. Tetapi kan setiap pengadaan alat utama sistem senjata itu semua sudah ada aturan dan prosedurnya, dan harus merujuk pada MEF,".

    TNI Angkatan D akan melengkapi sistem pertahanan dengan memborong arsenal dari lima pabrik di Eropa dan Amerika. Peralatan yang akan dibeli dengan dana APBN 2011 sebesar Rp 14 triliun itu dipastikan produk baru.

    Alutsista yang akan dibeli tersebut, antara lain, main battle tank Leopard 2-A6 yang berbobot 62 ton. Indonesia akan membeli 100 unit tank yang sudah dipakai di 15 negara itu dengan harga per unit 280 juta dollar AS. TNI AD juga akan membeli multiple launch rocket system untuk kekuatan 2,5 batalion.

    Untuk meriam 155 buatan Perancis dan helikopter serang darat AH-64 Apache buatan Boeing, Amerika Serikat, TNI AD juga mendapatkan harga khusus yang relatif murah. Khusus untuk delapan helikopter, Amerika Serikat memberikan diskon lima juta dollar AS sehingga harganya turun menjadi 25 juta dollar AS.

    Sumber : ANTARA
    Readmore --> Kemhan: Pengadaan MBT "Leopard 2A6" Harus Sesuai Prosedur

    Perjalanan Pengadaan Alutsista Israel Untuk Indonesia

    Jakarta - Singapura bukan satu-satunya negara yang memakai senjata buatan Israel. Malaysia dan Indonesia diam-diam juga merupakan pengguna beberapa senjata negara tersebut.

    Indonesia pertama kali memakai produk militer Israel dengan meminjam pesawat pengintai tanpa awak (UAV) Searcher Mk II milik Singapura untuk mencari lokasi sandera peneliti asing yang ditawan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Mapenduma, Papua, pada 1996.

    Pada 2006, TNI menggelar tender pembelian empat UAV untuk Badan Intelijen Strategis (Bais) yang akhirnya dimenangkan oleh Searcher Mk II melalui perusahaan Filipina, Kital Philippine Corp.

    Untuk pembelian UAV yang satunya senilai US$6 juta tersebut, Indonesia menggandeng Bank Leumi dari Inggris dan Bank Union dari Filipina sebagai penyandang dana untuk kredit ekspor, menurut laman UPI.

    Belakangan karena ramai dikritik DPR, proyek pengadaan tersebut tertunda. Padahal UAV buatan Divisi Malat Israeli Aircraft Industries (IAI) dinilai paling unggul untuk penggunaan di angkasa Nusantara. Malaysia telah mengoperasikan 15 unit, sedangkan Singapura 35 unit.

    Dalam pengujian tim Dephan, UAV Searcher Mk II mengalahkan pesaingnya dari Irkut Rusia dan UAV Hermes buatan Elbit Israel yang diageni ELS Ventures, Belanda.

    Selain pesawat intai tanpa awak, sejak lama Indonesia menggunakan produk pistol otomatis buatan Israel seperti UZI hingga varian Galil, mulai dari jenis Galil AR (5.56 & 7.62 mm) hingga Galil SAR (5.56 & 7.62).

    Meskipun hubungan RI-Israel secara secara resmi tidak jelas, kerja sama militer dan intelijen kedua negara tidak pernah putus. Dalam buku Intel, karya Ken Conboy, pendirian Satsus Intel (cikal bakal Satuan Pelaksana Bakin) tidak lepas dari dukungan Mossad yang mengirimkan instrukturnya ke Jakarta pada 1968.

    Sumber : Bisnis Jabar
    Readmore --> Perjalanan Pengadaan Alutsista Israel Untuk Indonesia

    KPK Diminta Awasi Proyek Pengadaan 100 Leopard MBT TNI

    Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta mengawasi proyek pengadaan 100 unit
    tank Leopard A3 dari Belanda untuk TNI. Dikhawatirkan terdapat unsur KKN dan gratifikasi dalam proyek senilai Rp12 triliun itu.

    Salah seorang deklarator Komite Pengawas KPK, Neta S Pane mengaku mendapat informasi adanya pihak-pihak tertentu yang dekat dengan Istana, saat ini tengah aktif melakukan lobi ke Komisi I DPR agar mendukung pembelian 100 tank tersebut.

    “Bahkan, sejumlah anggota Komisi I akan diboyong pihak pelobi ke Belanda pada akhir Januari ini, untuk melihat kondisi tank ini,” kata pria yang juga Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) ini.

    Penggunaan tank Leopard A3 seharga USD120 per unit itu, dinilai Neta, sangat tidak tepat untuk Indonesia. Menurutnya, ada empat alasan kenapa pembelian tank tersebut harus ditolak. Pertama, tank terlalu berat (sekira 62 ton), kedua, teknologinya sudah ketinggalan karena tank bekas buatan tahun 1980, ketiga biaya perawatannya terlalu mahal.

    “Leopard juga tidak cocok dengan alam Indonesia yang terdiri dari hutan, rawa-rawa dan kepulauan. Leoparhd hanya cocok untuk medan Eropa dan Afrika Utara,” sambungnya.

    Tragisnya lagi, ke-100 tank itu akan ditempatkan di kota-kota besar, seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, dan Medan. Sehingga dikhawatirkan tank ini akan digunakan untuk menghadapi aksi demo mahasiswa dan rakyat. Padahal yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah tank-tank taktis dan kecil untuk menjaga kawasan perbatasan.

    “Untuk itu KPK agar mencermati proyek pengadaan 100 tank ini. Jangan sampai dana Alutsita TNI yangat terbatas sekarang ini disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu untuk membeli alat militer yang tidak tepat guna dan mubazir. Komisi I juga agar menolak rencana pembelian,” tutupnya.t. Padahal yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah tank-tank taktis dan kecil untuk menjaga kawasan perbatasan.

    “Untuk itu KPK agar mencermati proyek pengadaan 100 tank ini. Jangan sampai dana Alutsita TNI yangat terbatas sekarang ini disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu untuk membeli alat militer yang tidak tepat guna dan mubazir. Komisi I juga agar menolak rencana pembelian,” tutupnya.

    Sumber : OKEZONE
    Readmore --> KPK Diminta Awasi Proyek Pengadaan 100 Leopard MBT TNI

    Pemerintah Batalkan Anggaran Retrofit Pesawat Hercules Dari Australia

    Jakarta - Komisi I DPR hingga kini belum bersikap dan mengambil keputusan atas rencana pemerintah menerima hibah 4 unit pesawat Hercules bekas jenis C130 seri H dari Australia. Sebab, pemerintah belum menyampaikan rencana tersebut kepada DPR selain rencana menerima hibah 24 unit pesawat bekas F-16 dari Amerika Serikat.

    "Pemerintah hingga kini belum menyampaikanya ke DPR soal rencana menerima pesawat bekas dari Austrlia, Hercules jenis C130 seri H itu. Karenanya DPR tidak tahu atas rencana itu dan hingga kini sudah tentu belum ada persetujuan dari DPR," kata Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin di gedung Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (10/1).

    Hasanuddin mengatakan, memang sebelumnya pemerintah berencana untuk menerima hibah pesawat bekas Hercules dari Australia. Namun kemudian hal itu dibatalkan. Bahkan saat itu juga telah disiapkan anggarannya untuk kepentingan retrofit, sebesar Rp 430 miliar. Namun tiba-tiba pemerintah memutuskan batal, dan alokasi anggaran itu dialihkan untuk perbaikan pesawat lainnya.

    "Jadi sepengetahuan DPR yang terakhir ya memang pemerintah membatalkan rencana menerima hibah pewasat bekas dari Austrlia itu. Kalau sekarang tiba-tiba pemerintah bilang akan menerima hibah pesawat tersebut dan tinggal menunggu persetujuan dari DPR, ya kita belum tahu itu," ungkap politisi PDIP ini.

    Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan saat ini pemerintah tinggal menunggu persetujuan dari DPR untuk menerima hibah pesawat Hercules bekas dari Australia. Selain itu Purnomo mengatakan sebelum dibawa ke Indonesia, pesawat Hercules tersebut harus lebih dulu diretrofit. Saat ini pemerintah masih menyusun anggaran retrofit pesawat hibah itu, untuk dimasukan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (ABPN) Perubahan tahun 2012.

    Purnomo menambahkan kehadiran empat unit pesawat Hercules akan menambah kekuatan pertahanan Indonesia termasuk untuk membantu akomodasi penanggulangan bencana.

    Qantas Ditunjuk untuk Memerbaiki Hercules Hibah untuk TNI AU

    tim teknis baru berangkat Februari mendatang, pesawat angkut Hercules yang dihibahkan pemerintah Australia dipastikan mendapat peremajaan di negeri Kanguru. Perbaikan dilakukan di bengkel milik maskapai Qantas.

    Kini tengah dikalkulasi berapa biaya yang dbutuhkan untuk melakukan perbaikan dan membawa pesawat ke Indonesia. "Nominalnya baru diketahui setelah mendapat laporan dari tim teknis yang meninjau pesawat secara langsung ke Australia," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Selasa (10/1).

    Kontrak kerja sama hibah empat unit pesawat itu juga akan ditandatangani setelah tim teknis melaporkan temuannya. Namun begitu, pemerintah Indonesia dan Australia telah melakukan komunikasi terkait hibah ini. "Amerika sebagai produsen Hercules saat ini juga telah menyetujui rencana hibah dari Australia ke Indonesia. AS dalam hal ini Presiden Barack Obama, memiliki kebijakan, alutsista buatan AS harus mendapatkan persetujuan negeri Paman Sam itu sebelum dihibahkan ke negara lain," katanya.

    Sumber : Jurnal Parlemen/ JURNAS
    Readmore --> Pemerintah Batalkan Anggaran Retrofit Pesawat Hercules Dari Australia

    Tuesday, January 10, 2012 | 4:33 PM | 1 Comments

    Panglima TNI : Hibah 4 Hercules Australia Tunggu Restu DPR

    Jakarta - Indonesia akan mendapat hibah empat unit Hercules jenis C130 seri H dari Australia. Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, pemerintah Australia sudah setuju dengan hibah tersebut.

    Saat ini pemerintah Indonesia sedang menyiapkan bagaimana secara teknis meningkatkan kemampuan Hercules agar layak terbang. "Hercules itu dibuat oleh Amerika, oleh karena itu perlu juga persetujuan Amerika. Sampai saat ini dari Pemerintah Amerika kelihatannya setuju untuk dihibahkan kepada Indonesia," ujarnya di Jakarta, Senin, 9 Januari 2012.

    Selain itu, pemerintah juga sedang menunggu persetujuan dari DPR terkait hibah tersebut. "Kami mohon persetujuan kepada DPR agar DPR setuju Australia menghibahkan Hercules kepada Indonesia," ungkapnya.

    Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan sebelum dibawa ke Indonesia, pesawat Hercules tersebut harus lebih dulu direnovasi. Saat ini pemerintah masih menyusun anggaran renovasi pesawat hibah itu, untuk dimasukan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (ABPN) Perubahan tahun 2012.

    Purnomo menambahkan kehadiran empat unit pesawat Hercules akan menambah kekuatan pertahanan Indonesia termasuk untuk membantu akomodasi penanggulangan bencana.

    Sebelumnya, Komisi I DPR telah menyetujui penerimaan hibah 24 unit pesawat F-16 dari Amerika Serikat, meski butuh biaya tak sedikit untuk untuk memutakhirkan pesawat-pesawat itu agar kemampuannya setara block 52.

    Meski pesawatnya gratis, pemutakhiran butuh biaya sekitar US$750 juta, sekitar Rp6,7 triliun.

    Sumber: VivaNews
    Readmore --> Panglima TNI : Hibah 4 Hercules Australia Tunggu Restu DPR

    Monday, January 9, 2012 | 8:45 AM | 0 Comments

    Update : Kronologi Aksi 37 Menit 'Menjepit' Jet Papua Nugini

    Jakarta - Aksi intersepsi atau pencegahan di atas langit Banjarmasin hingga Makassar itu berlangsung November 2011 lalu. Namun entah kenapa, Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'neil baru memperkarakannya di depan media, Jumat 6 Januari 2012 lalu, setelah selang hampir dua bulan kemudian. Banyak yang bertanya, ada apa di balik motif Papua Nugini berniat mengusir Duta Besar Indonesia Andreas Sitepu dari negara tetangga itu? Bagaimana sesungguhnya insiden itu bermula?

    Peristiwa itu bermula ketika Selasa 29 November 2011, pukul 10.13 WITA, radar Pangkalan Udara (Lanud) Sjamsuddin Noor Banjarmasin mendeteksi pesawat jet P2-ANW Dassault Falcon 900 Ex. Jet itu bergerak dari Subang, (Selangor) Malaysia ke arah Papua Nugini. Dari titik ordinat terbang, pesawat itu akan melintasi wilayah udara Indonesia. (Baca Jet Papua Nugini Dibayangi dari Banjarmasin)

    Petugas pengawas udara Makassar kemudian mencoba mengontak dengan pesawat Falcon untuk menanyakan asal pesawat, tujuan serta izin penerbangan. Pesawat itu diketahui masuk dalam unschedule flight (penerbangan tidak rutin). Namun pesawat tidak merespons, bahkan juga tidak membuka komunikasi. Petugas mengontak Kohanudnas dan Departemen Perhubungan. Dicek lagi, tidak ada data penerbangan Falcon 900 Ex. (Baca Jet Papua Nugini Gunakan Izin Terbang India)

    Sekitar pukul 10.40 Wita, sepasang Sukhoi milik TNI AU melesat dari Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin Makasar mendekati pesawat Falcon. Keduanya mendekat, lalu menjepit kiri dan kanan, sambil terus membuka komunikasi. "Sesuai prosedur memang begitu" kata Juru Bicara Markas Besar TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama Azman Yunus kepada Tempo, Ahad 8 Januari 2012. .

    Awak jet tempur RI terus berkoordinasi dengan Komando Pertahanan Udara Nasional. Sukhoi melaporkan, ciri utama pesawat Falcon adalah berwarna putih dan terdapat gambar burung merah di bagian sayap belakang. Akhirnya diketahui bahwa Falcon tersebut baru mengurus izin melintas pada hari itu sehingga belum diperoleh ketika melintasi Indonesia. (baca Lewati RI, Jet Papua Nugini Kudu Punya Tiga Izin)

    Sekitar pukul 11.17, Sukhoi membebaskan Falcon yang ditumpangi Deputi Perdana Menteri Papua Nugini H.O.N. Belden Namah itu untuk melanjutkan perjalanan. Perintah pembebasan dilakukan Komando Pertahanan Udara Nasional."Itu tugas utama kami sebagai TNI AU. Kami ingin memastikan tak semua pesawat asing bisa melintas di wilayah udara kita tanpa izin," kata Azman lagi. " “Pukul 11.42, Sukhoi kembali mendarat di Makassar,”

    Peristiwa di udara itu hanya berlangsung sekitar 37 menit. " Tidak ada ancaman, tidak pula ada senggolan" kata Menko Polkam Djoko Suyanto dalam pesan singkatnya kepada Tempo. Karenanya, Djoko menganggap prosedur pencegatan yang dilakukan Mabes TNI AU sudah sesuai prosedur yang berlaku.

    Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas), kata Djoko, melakukan identifikasi visual dengan cara intersepsi. "Lagi-lagi ini karena data flight clearance yang diterima berbeda dengan hasil tangkapan radar bandara maupun radar Kohanudnas" ujarnya." “Tidak ada istilah mengancam atau membahayakan,”

    Semua prosedur, menurut Djoko, dilakukan dibawah kontrol, baik radar di darat maupun pilot pesawat tempur. Djoko menegaskan, intersepsi ini merupakan prosedur standar jika ada ketidakcocokan data aktual di udara. “Itulah gunanya Komando Pertahanan Udara.” ujarnya. Karenanya, Djoko minta media untuk tidak melebih-lebihkan insiden ini.

    Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, pemerintah pada Jumat pekan lalu telah memberi penjelasan kepada Duta Besar Papua Nugini Peter Ilau perihal intersepsi. "Duta Besar Papua Nugini menyampaikan apresiasi atas penjelasan yang disampaikan, dan akan meneruskan ke pemerintahannya," ujar Menteri Marty Natalegawa.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, kemarin menyatakan belum ada juga pengusiran terhadap Andreas Sitepu. Sedangkan juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum berencana berbicara langsung dengan Peter O'Neil. "Dibicarakannya di tingkat menteri luar negeri," katanya.

    Pengamat intelijen Mardigu Wawiek Prabowo menilai Indonesia sedang ditantang untuk bisa lebih tegas soal perbatasan. Ia menyatakan intersepsi oleh Sukhoi sudah tepat. Menurut dia, Papua Nugini sudah bertindak sewenang-wenang dengan hanya menggunakan izin pesawat Global Express milik India untuk memasuki wilayah udara Indonesia.

    Sumber : TEMPO
    Readmore --> Update : Kronologi Aksi 37 Menit 'Menjepit' Jet Papua Nugini

    Empat Unit Super Tucano Akan Tiba Maret Tahun Ini

    Malang - Empat dari 16 pesawat tempur Super Tucano A29 buatan Brazil direncanakan tiba pada Maret 2012. Pesawat untuk melengkapi sistem persenjataan TNI AU, khususnya di Pangkalan Udara Abdul Saleh, Malang, Jawa Timur.

    Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Pangkalan Udara Abd Saleh, Kolonel Pnb Novianto Widadi, Ahad (8/1), mengatakan, secara umum Lanud Abd. Saleh siap menyambut kedatangan pesawat tempur itu, dan akan menggantikan posisi pesawat tempur Oviten-10F Bronco yang sudah memasuki masa "grounded".

    Kesiapan yang sudah dilakukan, meliputi sejumlah fasilitas pendukung di Lanud Abd Saleh, seperti shelter atau tempat lokasi parkir pesawat, serta 12 pilot khusus yang telah dilatih untuk menukangi pesawat tersebut.

    "Kami terus menyiapkan pendukung lainnya untuk kedatangan pesawat tempur canggih itu, termasuk pilot khusus yang berusia minimal 24 hingga 35 tahun dan ahli dalam berbahasa inggris," katanya.

    Dengan tibanya pesawat pada bulan Maret, diharapkan nantinya bisa dipertunjukan kepada masyarakat pada peringatan HUT TNI AU tanggal 9 April 2012.

    Dijadwalkan pesawat itu akan digunakan untuk misi operasi taktis dalam membantu pasukan di darat. Soalnya pesawat punya keunggulan "close air support".

    Selain itu, pesawat yang memiliki mesin tunggal buatan "Empresa Braziliera de Aeronautica", juga memiliki kemampuan menembakan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan posisi musuh.

    Pesawat itu nantinya tidak hanya digunakan sebagai pesawat latih, namun juga digunakan misi pengamanan wilayah perbatasan, untuk memastikan tidak adanya pelanggaran batas negara oleh pihak lain.

    "Total pesawat yang kita pesan sebanyak 16 unit, dan pengiriman akan dilakukan secara bertahap, diawali dengan kedatangan empat unit pada Maret 2012, dan akan ditempatkan pada Skuadron 21 Lanud Abd Saleh," katanya.

    Sumber : MetroTVNews
    Readmore --> Empat Unit Super Tucano Akan Tiba Maret Tahun Ini

    Sunday, January 8, 2012 | 8:51 AM | 0 Comments

    Mabes TNI AU Berharap Perbaikan Pesawat Hercules Dilakukan Di Dalam Negeri

    Jakarta - Markas Besar TNI Angkatan Udara berharap perbaikan pesawat angkut berat Hercules C-130 dapat dilakukan di dalam negeri agar dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia dalam melakukan perbaikan pesawat sejenis. "Lebih bagus kalau dikerjakan di Bandung, karena sekaligus dapat meningkatkan kemampuan anggota TNI AU,"kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus di Jakarta, Sabtu (7/1).

    Sebelumnya, satu unit pesawat Hercules milik TNI AU dikirim ke Oklahoma Amerika Serikat untuk menjalani pemeliharaan berat dalam Programmed Depot Maintenance di hanggar perusahaan swasta ARINC, di Oklahoma, Amerika Serikat. Jika pesawat tersebut selesai diperbaiki, direncanakan dua unit Hercules lainnya akan juga diperbaiki.

    Menurut Azman, teknisi TNI AU sebenarnya telah memiliki kemampuan untuk memperbaiki pesawat tersebut. Namun begitu, kemampuan tersebut tidak didukung dengan fasilitas dan peralatan yang mendukung. "Sudah mampu memperbaiki, hanya alat-alat yang dibutuhkan tidak ada. Kalau beli, lebih jauh dan lebih mahal, lebih baik kita gunakan orang lain,"terangnya.

    Sumber : JURNAS
    Readmore --> Mabes TNI AU Berharap Perbaikan Pesawat Hercules Dilakukan Di Dalam Negeri

    TNI AU Gelar Simulasi Penerbangan Ilegal Dalam Operasi Tetuko

    Manado - Sebuah pesawat komersil asing yang terbang tanpa izin di wilayah Indonesia, dipaksa mendarat oleh dua pesawat tempur Sukhoi TNI Angkatan Udara dari skuadron tempur Sukhoi Lanud Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara.

    Dua pesawat tempur Sukhoi TNI AU lepas landas dari Lanud Sam Ratulangi, setelah radar mendeteksi adanya sebuah pesawat komersial yang terbang tanpa izin di wilayah Indonesia. Kedua pesawat tempur langsung menyergap dan memaksa pesawat ilegal itu mendarat. Aparat langsung melakukan penggeledahan dan mengamankan dua orang awak pesawat.

    Skenario memaksa mendarat sebuah pesawat komersil asing yang terbang tanpa izin ini menjadi simulasi operasi udara skuadron tempur Sukhoi dari Lanud Sam Ratulangi, Sulawesi Utara.

    Aksi ini, adalah rangkaian latihan operasi pertahanan udara nasional dengan nama sandi latihan Tetuka. Selain di Sulawesi Utara, latihan serupa juga digelar serentak di Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur.

    Komandan Pangkalan Udara Sam Ratulangi Letkol Penerbang Jorry Koloay menjelaskan, latihan operasi udara ini dilaksanakan untuk menguji kesiapan dari ancaman negara musuh.

    Manado menjadi pusat latihan operasi Tetuka karena wilayah ini berbatasan langsung dengan Filipina dan sebagian wilayah udara Malaysia. Wilayah udara Sulawesi Utara juga menjadi rute penerbangan internasional.

    Sumber : MetroTV
    Readmore --> TNI AU Gelar Simulasi Penerbangan Ilegal Dalam Operasi Tetuko

    Pengamat : TNI AU Butuh Banyak Pesawat Tempur

    Jakarta - Kisah intersepsi pesawat asing oleh pesawat TNI Angkatan Udara sudah beberapa kali terjadi. Tahun lalu, tepatnya 7 Maret 2011, sebuah pesawat milik Pakistan International Airlines disergap dua pesawat Sukhoi TNI AU. Pesawat jenis Boeing 737-300 itu kedapatan memasuki kawasan udara Indonesia secara ilegal.

    Ketika itu, radar Komando Pertahanan Udara Nasional II menangkap sinyal pesawat tak dikenal memasuki wilayah Indonesia sekitar pukul 12.00 Wita. Tak lama kemudian, Komandan Pangkalan Udara Hasanuddin Marsekal Pertama Agus Supriatna memerintahkan kedua Sukhoi yang saat itu sedang latihan rutin mencegat dan melakukan identifikasi. Karena tidak ada penjelasan, pesawat milik Pakistan itu dipaksa mendarat di Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, untuk diinterogasi dan dilakukan pengecekan terhadap penumpangnya.

    Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, T.B. Hasanuddin, menuturkan intersepsi juga pernah dilakukan TNI AU pada Juli 2003. Sekretaris Militer era Presiden Megawati Soekarnoputri itu menceritakan, dua pesawat F-16 TNI AU melakukan intersepsi terhadap pesawat F-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Kala itu, lima pesawat F-18 Hornet bermanuver hampir selama satu jam di atas perairan Pulau Bawean, Jawa Timur.

    Namun, Hasanuddin mengungkapkan, kelima F-18 Hornet itu tidak dipaksa mendarat. "Waktu itu ada kapal induk mereka yang melintas dan sudah mengantongi izin. Jadi itu tak jadi masalah," ujarnya. Meski demikian, dia mengatakan, kelima pesawat F-18 tersebut memasuki jalur penerbangan internasional, sehingga bisa mengganggu jalur penerbangan dan membahayakan. "Karena bisa membahayakan jalur penerbangan, pesawat F-18 itu diminta kembali ke kapal induknya," ujarnya saat dihubungi kemarin.

    Connie Rahakundini Bakrie dalam bukunya, Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal, menyebutkan TNI AU idealnya memiliki pesawat tempur penyergap (interceptor) sebanyak 744 unit dan pesawat tempur penyerang (ground attack) 456 unit. Jumlah itu lebih kecil jika dibandingkan dengan kekuatan pesawat tempur angkatan udara menengah di Asia-Pasifik, seperti India (852 unit), Korea Utara (510 unit), dan Korea Selatan (493 unit). Tapi ada baiknya realistis dengan tetap mengacu pada kemampuan keuangan negara.

    Sumber: TEMPO
    Readmore --> Pengamat : TNI AU Butuh Banyak Pesawat Tempur

     

    Pengikut

    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.